Friday, August 04, 2006

Memanfaatkan Akupuntur dan Herbal untuk Imunitas

Kesadaran pada bahaya bahan kimiawi obat-obatan sintetis membuat orang berpaling pada pengobatan herbal dan akupunktur. Pengobatan modern sudah semakin maju. Berbagai teknologi kedokteran mutakhir dimanfaatkan. Namun, tak sedikit orang yang tetap setia dan bahkan mulai beralih pada pengobatan alternatif berupa obat-obat tradisional (herbal) dan akupunktur. Sistem pengobatan herbal dan akupunktur ini berasal dari masyarakat-masyarakat tradisional di berbagai negara pada ratusan tahun lalu. Pengobatan herbal mengandalkan ramuan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat.

Sedangkan pengobatan lewat akupunktur menggunakan tusuk jarum pada titik-titik tertentu di tubuh manusia. "Saat ini di dunia kesehatan terjadi pergeseran dalam hal pemeliharaan kesehatan, dari kuratif menjadi preventif. Kemudian lahir kesadaran tentang bahaya bahan kimiawi pada obat-obatan sintetis. Maka, pemikiran back to naturemenjadi pilihan banyak orang," ujar Ketua International Herbal Center (IHC), Drh H Rusdiyanto SF, di Jakarta, beberapa waktu lalu dalam sebuah seminar nasional tentang obat herbal dan akupunktur. Data dari Departemen Kesehatan pada 2000 menyebutkan, penduduk Indonesia yang menderita sakit sebanyak 25,4 persen, atau lebih dari 53 juta jiwa. Menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS), dari jumlah tersebut sekitar 58,6 persennya berobat sendiri atau berobat di klinik tradisional. Sisanya yang 41,4 persen pergi ke dokter, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya.

Akupunktur
Pengobatan akupunktur dilakukan dengan tusuk jarum. Teknik pengobatan ini berasal dari Cina. Caranya, jarum ditusukkan pada titik-titik tertentu di permukaan tubuh. Metode ini berdasarkan pada hipotesis bahwa dalam tubuh manusia terdapat energi kehidupan (qi yang mengikuti sistem meridian (jing luo. Selain itu, ada metode pertentangan (yin-yang dengan dalil lima unsur, yaitu kayu, api, tanah, logam, dan air. Pengobatan akupunktur di Indonesia dipraktikkan secara berdampingan dengan pengobatan kedokteran modern oleh dokter. Itu dilakukan untuk ketepatan diagnosis dan ketepatan pengobatannya. Menurut Ketua Konsorsium Akupunktur Depdiknas dan Ketua Umum DPP Persatuan Akupunkturis Seluruh Indonesia (PAKSI), Tomi Hardjatno, metode pengobatan ini mampu menanggulangi berbagai penyakit seperti osteoarthritis, rhinitis allergica, urticaria, sampai asma.

"Yang penting di sini adalah kaitan akupunktur dengan sistem imunitas tubuh. Ini sudah diteliti dengan mengungkap mekanisme kerja dan efeknya terhadap penyakit-penyakit tertentu," ujarnya. Imunitas, katanya, berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menghambat, membatasi, atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang dapat membahayakan tubuh. Sistem ini memiliki fungsi melindungi tubuh dari bahan patogenik, membuang sisa jaringan yang rusak, serta mengenal dan membuang sel-sel abnormal. Dengan metode akupunktur, titik-titik tertentu pada tubuh diberi rangsangan dengan jarum untuk meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa rangsangan tusukan jarum dapat menimbulkan rangkaian reaksi biomolekuler, biofisik, reaksi inflamasi, reaksi refleks kutaneo-somato-visero, dan transmisi saraf ke otak.

"Stimulasi akupunktur menimbulkan mikrotrauma yang merusak sel sehingga menyebabkan pelepasan berbagai zat tertentu," tambah Tomi. Beberapa zat yang dilepaskan antara lain bradikinin, substansi P, dan prostaglandin. Reaksi lanjutan dapat berupa pelepasan histamine, heparin, dan kinin protease. Pengobatan akupunktur terbukti dapat meningkatkan respons kekebalan tubuh dengan cara peningkatan jumlah sel leukosit, daya fagositik, pembentukan T-cell rosette, kadar antibodi, dan kadar interferon. Berbagai efek tersebut diperantarai oleh beberapa reseptor yang menghubungkan ke sistem saraf pusat dan sistem kekebalan. "Efek akupunktur adalah peningkatan respons kekebalan yang cukup besar. Penelitian terkini diarahkan untuk peningkatan sistem kekebalan terhadap gangguan kekebalan tubuh seperti penyakit tumor ganas (kanker) dan AIDS," cetus Tomi.

Herbal
Khasiat herbal dan pengobatan lainnya, kata Rusdiyanto, sangat tergantung pada beberapa faktor. Di antaranya, pada kecermatan dokter dalam mendiagnosa, ketepatan herbalis(ahli herbal) dalam menentukan jenis pengobatan yang cocok, dan proses pembuatan bahan herbalnya menerapkan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Bahan baku pengobatan herbal tidak sulit ditemukan karena Indonesia memiliki 30.000-an spesies tumbuhan dan 6.000-an jenis tanaman berkhasiat obat. Sementara itu, dr Hedi R Dewoto SpFK dari Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI mengatakan, banyak tanaman yang mendapatkan perhatian khusus untuk diteliti lebih mendalam mengenai kemungkinan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit, antara lain ginseng dan ginkobiloba. "Penelitian-penelitian dilakukan secara invitro dan invivo pada hewan coba, dan juga uji klinik pada manusia, untuk mengetahui manfaat dan keamanan tanaman tertentu," sambung Hedi. Penelitian ini juga dilakukan terhadap beberapa tanaman yang diduga dapat meningkatkan kekebalan, yaitu echinacea, phyllantus niruri dan jamur Maitake.

DI RS Berdampingan dengan Pengobatan Medis

Sistem pengobatan akupunktur telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). Badan ini bahkan telah mengeluarkan buku pedoman tentang pendidikan, penelitian, dan pelayanan akupunktur. Akupunktur yang bagi sebagian orang masih mendatangkan misteri mulai dapat diungkapkan melalui pendekatan rasional, baik lewat ilmu kedokteran maupun kesehatan modern. Maka, tak heran bila hari-hari ini banyak dokter yang ikut mempelajari dan menerapkan sistem pengobatan akupunktur. Hingga saat ini tercatat hampir semua rumah sakit di kota besar di Indonesia memiliki fasilitas pelayanan akupunktur. Pelayanan tersebut ditujukan untuk pengobatan dan perawatan kesehatan. Biasanya akupunktur dipakai untuk pengobatan diabetes mellitus, osteoporosis, masalah geriatri, adiksi narkoba, obesitas, dan berkaitan dengan masalah kecantikan dan kewanitaan.

Terapi akupunktur juga diakui oleh Departemen Kesehatan sebagai salah satu terapi alternatif yang perlu dikembangkan. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa akupunktur merupakan pengobatan yang murah, aman, rasional, efektif, dan mudah dilakukan. Di Indonesia ada wadahnya, yakni Persatuan Akupunkturis Seluruh Indonesia (PAKSI). Organisasi ini merupakan anggota tetap World Federation of Acupuncture and Moxibation Society (WFMAS) yang dibentuk pada 1987 dan berpusat di Beijing, Cina. Pada tahun ini kongres WFMAS diadakan di Australia. Tahun depan Indonesia diharapkan menjadi tuan rumah seminar ilmiah WFAS. Pada Desember nanti PAKSI, saat ulang tahun ke-18, menggelar Ekspo Akupunktur Indonesia.

Sumber: Republika Online - Selasa, 21 September 2004 - Penulis : wed

0 Comments:

Post a Comment

<< Home